Sholat Dhuha dan Para Tokoh Perjuangan Indonesia

Selain sholat wajib limat waktu terdapat sholat sunnah. Sunnah menurut para ulama adalah jika dilaksanakan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapatkan dosa. Salah satu sholat sunnah adalah sholat dhuha yang terkenal dengan doa sholat dhuhanya.

Sholat dhuha termasuk dalam sunnah muakkadah atau sunnah yang mendapatkan penekanan. Artinya mempunyai status tertentu sehingga sangat dianjurkan. Tapi walaupun sangat dianjurkan hukumnya tetap tidak wajib.

Wajib atau fardhu sendiri adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapatkan pahal dan apabila ditinggalkan mendapatkan dosa.

Para ulama’ fiqih membagi hukum menjadi 5, yaitu fardu (wajib), nadb (sunnah), haram, makruh, dan mubah.

Di sini para tokoh fiqih atu hukum Islam membagi perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia, khususnya yang mukmin dengan tingkatan-tingaktan yang berbeda. Kalau kita urutkan maka wajib berada para urutan teratas, sedangkan pada posisi yang sebaliknya, yaitu yang terbawah adalah haram.

Yang wajib harus dilaksanakan, yang haram tidak boleh dilaksanakan. Di posisi paling tengah adalah mubah, yaitu yang boleh dilakukan dan tidak. Sebenarnya yang posisi mubah inilah yang terbayak. Kita bebas berkreasi di situ.

Diantara wajib dan mubah terdapat sunnah atau nadb. Ini bisa diartikan sesuatu yang danjurkan tapi tidak mencapai level wajib. Sedangkan sebaliknya, antara mubah dan haram terdapat yang makruh, yaitu sesuatu yang dianjurkan untuk ditinggalkan.

Para Tokoh Perjuangan

Para Tokoh pejuang bangsa Indonesia, mulai dari yang paling awal ketika bangsa barat datang ke kepulauan nusantara sampai dengan era mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamirkan juga punya hal yang meraka nilai sebagai wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.

Hal tersebut tentu tidak harus terkait langsung dengan agama. Kalau dicari hukumnya dalam agama belum tentu ada. Contohnya, larangan menggunakan atribut-atribut penjajah seperti celana, dasi dan lain-lain. Yang melakukan itu dianggap sebagai menyerupai orang kafir. Dan yang menyerupai suatu kaum atau kelompok maka dia adalah bagian dari kelompok tersebut.

Larangan tersebut harus dimaknai sebagai mentransformasikan agama sebagai ideologi perlawanan.

Kembali ke masalah doa sholat dhuha. Doa  yang dibaca setelah sholat dhuha tersebut hukumnya tidak wajib, bukan bagian rukun maupun sunnah sholat dhuha. Artinya jika tidak dibaca tidak berdampak apa-apa terhadap keabsahan sholat dhuha yang dilakukan.

Hanya saja para ulama berpendapat bahwa setelah sholat merupakan waktu yang mustajab, begitu juga dengan setelah sholat dhuha. Maka sangat dianjurkan membaca doa pada waktu itu.

Sholat dhuha dilaksanakan di waktu orang sedang mencari rizki. Maka tepat pada waktu itu untuk memanjatkan doa agar dimudahkan mendapatkan rizki.